A. Pengertian pembinaan
Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina. Pembinaan
adalah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan
tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan baik.
Dalam pelaksanaan konsep pembinaan hendaknya didasarkan pada hal
bersifat efektif dan pragmatis dalam arti dapat memberikan pemecahan
persoalan yang dihadapi dengan sebaik-baiknya, dan pragmatis dalam arti
mendasarkan fakta-fakta yang ada sesuai dengan kenyataan sehingga
bermanfaat karena dapat diterapkan dalam praktek.
Pembinaan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang kepada orang lain untuk merubah kebiasaan yang tidak baik
menjadi baik. Dalam hal ini, orang yang akan dibina adalah anak asuh. Pembinaan
adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, intektual, sikap dan perilaku professional serta kesehatan dan rohani anak
asuh. Sistem pembinaan yang berlandaskan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
tidak lagi sekedar mengandung aspek penjeraan belaka, tetapi juga merupakan
suatu upaya untuk mewujudkan reintegrasi sosial anak binaan yaitu kesatuan
hubungan binaan anak asuh, baik secara pribadi, anggota maupun sebagai insan
Tuhan. Pembinaan menurut Sudjana
(2004: 209) pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian
secara terprogram.
B. Konsep pembinaan
Menurut Parson (Jones & Hand, 1938 : 142 ,Dalam mengasuh anak orang tua menggunakan beberapa konsep pola asuh
tertentu, di antaranya : sugesti, identifikasi, dan simpati. Sugesti dapat
membangun kesadaran anak yang wujudnya adalah perilaku sadar dan meningkatnya
kapasitas diri pada anak, identifikasi berfungsi sebagai transformasi sikap
yang terdiri dari peningkatan wawasan pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan
dalam suatu pembangunan, dan identifikasi berfungsi sebagai peningkatan kemampuan intelektual, keterampilan
inisiatif, kemampuan inovatif untuk kemandirian.
C. Tahap Tahap Pembinaan.
Menurut Sumodiningrat, Pembinaan tidak selamanya, melainkan dilepas
untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat
dari pendapat tersebut berarti pembinaan melalui suatu masa proses
belajar, hingga mencapai status mandiri. Sebagaimana disampaikan dimuka
bahwa proses belajar dalam rangka pembinaan akan berlangsung secara
bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi :
Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan
peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
Tahap Transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan,
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
Tahap Peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan, keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemadirian.
Menurut Keiffer (1981), pembinaan yang dilakukan kemudian mencakup tiga
hal pokok yakni kerakyatan, kemampuan sosial politik, dam berkompetensi
partisipatif (Suharto,1997:215). Parson et.al (1994:106) juga mengajukan
tiga dimensi dalam pelaksanaan pembinaan tersebut yang merujuk pada :
- Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.
- Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain.
- Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur yang masih menekan.
Lebih lanjut Sedarmayanti menjelaskan, kata pembinaan (empowerment)
mengesankan arti adanya sikap mental yang tangguh. Proses pembinaan
mengandung dua kecenderungan yaitu :
- Kecenderungan Primer, proses pembinaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya (survival of the fittes) proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.
- Kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong, atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan/keberdayaan untuk menentukan yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Dari dua kecenderungan diatas memang selain mempengaruhi dimana agar
kecenderungan primer dapat terwujud maka harus lebih sering melalui
kecenderungan sekunder.
Selanjutnya Tikson dalam Sani (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa
kegiatan yang dapat dijadikan tolak ukur dalam proses pembinaan
masyarakat yaitu :
1. Pengorganisasian masyarakat
Bidang ini berkenaan dengan peningkatan partisipasi masyarakat yang
dapat dilakukan secara efektif melalui pengorganisasian. Masyarakat
dapat diorganisasikan ke dalam beberapa bentuk, seperti organisasi
kewilayahan yang luas, organisasi sektoral dan jaringannya atau aliansi
dan koalisi. Organisasi-organisasi ini merupakan alat masyarakat untuk
menyatakan kehendak mereka dan untuk mempengaruhi proses perubahan yang
diinginkan.
2. Penguatan kelembagaan
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan penguatan kemampuan organisasi yang
telah ada dengan meningkatkan unsur : pengetahuan, keterampilan, dan
sumber daya yang ada termasuk didalamnya proses perguliran, manajemen,
kemandirian kelompok, norma, dan nilai yang dianut organisasi agar
kegiatan kolektif menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam penerapannya
penguatan kelembagaan banyak dilakukan melalui pelatihan, keterampilan
dan studi banding. Keterampilan dalam hal ini mencakup latihan
kepemimpinan, penerapan organisasi dan manajemen keuangan, studi banding
dilakukan untuk melihat kelompok di tempat lain yang telah berhasil
meningkatkan produktivitas kerja organisasi.
3 Manajemen sumber daya
Kegiatan ini untuk menjamin bahwa kesejahteraan masyarakat dapat
ditingkatkan apabila mereka mampu mengelola sumber daya dengan baik,
termasuk didalamnya adalah kegiatan-kegiatan pengembangan organisasi
sosial yang dapat melakukan fungsi pelayanan sosial, seperti perumahan,
pendidikan, kesehatan, rekreasi, transportasi, dan kegiatan lain yang
dianggap perlu. Di samping itu organisasi ekonomi diperlukan untuk
memformulasikan berbagai kegiatan ekonomi yang ada menjadi lebih beragam
dan luas sehingga dapat memperluas lapangan kerja. Kegiatan konservasi
dan rehabilitas lingkungan demi terciptanya pembangunan ekologi dan
ekosistem juga menjadi perhatian.
Sejalan dengan hal tersebut, Ohama (2001) secara operasional menjelaskan
dua unsur pembangunan yang sangat fundamental dalam kaitannya dengan
pembinaan masyarakat lokal yaitu :
Sumber daya, dalam hal ini pemanfaatan/pengelolaan sumber daya fisik,
sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan tekhnologi.
Organisasi sebagai pelaku. Norma, nilai yang membatasi/mengatur anggota dalam pencapaian tujuan
3. Strategi dan Prinsip Pembinaan
Parson et.al (1994:112-113) menyatakan bahwa proses pembinaan umumnya
dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang
menyatakan bahwa proses pembinaan terjadi dalam relasi satu lawan satu
antara pekerja sosial dan klien (masyarakat) dalam setting pertolongan
perseorangan. Dalam konteks pekejaan sosial pembinaan dapat dilakukan
melalui :
- Asas Mikro, pembinaan melalui bimbingan tujuannya membimbing atau melatih masyarakat dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan. Model yang sering disebut pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).
- Asas Mezzo, pembinaan dilakukan pada sekelompok klien (masyarakat), metode ini dilakukan dengan menggunakan kelompok, media intervensi, tujuan meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menghadapi permasalahan.
- Asas Makro, pendekatan sistem besar (large system strategy) perumusan kebijakan, perencanaan sosial, aksi sosial, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik. Metode ini memandang kilen sebagai orang memiliki kompetensi.
Menurut beberapa penulis seperti, Solomon (1976), Rappaport (1981-1984),
Pinderhughes (1983), Swift (1984), Swift and Lenn (1987),
Week,Rapp,Sulivan dan kisthardt (1989), terdapat beberapa prinsip
pembinaan menurut perspektif sosial (Suharto, 1997:216-217), Yaitu :
Pembinaan adalah sebuah proses kolaboratif
Proses pembinaan menempatkan masyarakat sebagai aktor subjek yang berkompeten
kompetisi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup.
solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus
jaringan-jaringan sosial informal sebagai sumber dukungan
masyarakat harus berpartisipasi dalam pembinaan
keberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber secara efektif dan efisien.
proses pembinaan bersifat dinamis, sinergis, evolutif.
Dari pandangan mengenai pembangunan masyarakat memperjelas bahwa sasaran
dari pembangunan masyarakat adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk
mencapai hidup yang lebih baik. Ada beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan untuk mencapai pembangunan masyarakat (Salman, 2005) antara
lain;
- Pendekatan self help (menolong diri sendiri), masyarakat dapat meningkatkan dan memperbaiki kondisi sosialnya. Anggapan dalam pendekatan ini bahwa masyarakat dapat, akan, dan seharusnya berkolaborasi dalam memecahkan masalahnya.
- Pendekatan technical assistance (bantuan teknis), bahwa struktur dapat mempengaruhi perilaku, anggapan dalam pendekatan ini yakni dengan memberikan bantuan teknis seperti teknologi, informasi, atau cara berfikir sehingga dapat saling bekerja sama dengan masyarakat.
- Pendekatan conflict (konflik), yakni masyarakat dipolarisasikan dalam bentuk kelompok-kelompok untuk kemudian mengembangkan dirinya dalam mendapatkan sumber daya dalam rangka memperbaiki kondisi ekonominya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar